Qultu ___Man Ana?

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Dilahirkan di lereng gunung Lawu,Magetan 1990 silam dengan nama Jarot Amirudin bin Sunarto bin Shalihin. Mengenal dakwah tatkala remaja setelah sebelumnya berkutat dengan macam - macam sampah pemahaman. Kini Jarot memiliki nama baru : Abdurrahman. Maka panggil saya Abu Mas'ud Abdurrahman Jarot. Mencoba membuat blog untuk menyalurkan tulisan yang digubah saat mondok di Ngawi atau saat ini di sela kesibukan mengajar di SDI Darul Arqom Surabaya.

Minggu, 20 November 2011

Ajiib !!!!!! 5 Buku dalam 1 Teks

Pernah mendengar novel “La Disparition”?
Itu adalah novel sekitar 315 halaman berbahasa Perancis karangan Georges Perec tahun 1969 yang sama sekali tidak menggunakan huruf “e”. Padahal huruf ini adalah huruf paling penting dalam bahasa tersebut. Novel inipun akhirnya diterjemahkan ke beberapa bahasa dengan pola yang sama, misalnya ke dalam Bahasa Inggris oleh Gilbert Adair dengan judul “A Void” yang juga sama-sama tidak menggunakan huruf “e”. A Void ditulis tahun 1995 dan mendapatkan Scott Moncrieff Prize.
Uniknya lagi, Perec juga membuat novel heboh lagi pada tahun 1972 dengan judul “Les Revenentes”. Teks novel ini, semua vokalnya hanya menggunakan huruf “e”!
Otak manusia memang disetting oleh Yang Maha Kuasa untuk ‘lumayan’ potensial untuk menghasilkan temuan-temuan hiperteks yang seolah-olah mustahil ini. Tapi tenyata, ini fenomena lama. Di dunia Keilmuan Islam Klasik (turats), hal yang lebih heboh dari itu ternyata sudah sering terjadi. Misalnya ada kreasi 30 khuthbah Ibnul Jawzi yang masing-masingnya menghindari huruf-huruf tertentu. Ada juga bait-bait syair yang simetris sehingga bisa dibaca bolak-balik hurufnya, dan ada juga yang bisa dibaca secara horizontal maupun vertikal dengan isi yang sama. Ada juga bait syair yang kalau dibaca semuanya jadinya syair pujian, tapi kalau dibaca sisi kanannya saja ia menjadi syair celaan. Dan ada yang kalau dibaca dari arah kanan isinya pujian, tapi kalau dibaca dari arah kiri (di balik kata-katanya), jadinya adalah bait-bait celaan. Malahan ada yang menulis buku tafsir Al-Quran lengkap dengan tanpa menggunakan huruf bertitik satupun (!), padahal huruf bertitik itu adalah separuhnya aksara Arab.

Nah, yang kita review sekarang ini adalah buku yang memuat 5 buku.

Bingung..?
Ya, buku ini judulnya “`Unwaanu’sy Syarafi’l Waafiy fii `Ilmi’l Fiqhi wa’l `Aruudl wa’t Taariikh wa’n Nahwi wa’l Qawaafiy” karya Abu Muhammad Isma’il ibn Abi Bakr Al-Yamaany atau yang lebih dikenal sebagai “Ibnul Muqri’”. Lahir tahun 754 H / 133 M dan wafat tahun 837 H / 1433 M.


Buku ini, kalau dibaca semuanya secara horizontal dari kanan ke kiri, yang kita temukan adalah buku Fiqih Syafi’iyyah standar. Sedangkan kalau dibaca secara vertikal dari atas ke bawah, maka kita akan menemukan empat buku lagi. Kalau dibaca huruf-huruf awal tiap baris, maka isinya adalah buku Ilmu `Arudh (ilmu wazan Syair Arab). Kalau dibaca huruf-huruf pertengahan pertama tiap baris, maka isinya adalah buku Tarikh (Sejarah Daulah Yaman waktu itu). Sedangkan jika yang dibaca adalah huruf-huruf pertengahan terakhir, maka isinya adalah buku Ilmu Nahwu (Gramatika Bahasa Arab). Sedangkan jika yang kita baca adalah huruf-huruf terakhir tiap baris, maka isinya adalah buku Qafiyah (Ilmu Sajak Syair Arab). Menakjubkan memang!
Buku ini tebalnya sekitar 300 halaman. Ceritanya, buku ini adalah gayung sambut untuk melampaui buku unik lainnya yang ditulis oleh Qadhi Yaman Majduddin Asy-Syairazy sebagai hadiah untuk Sultan Yaman waktu itu, Ismail ibn `Abbas Al-Asyraf. Buku tersebut tiap awal barisnya selalu dimulai dengan tiga huruf: “a-l-f” (alif-laam-faa’). Nah, buku tandingan dari Ibnul Muqri’ itu selesai ditulisnya pada bulan Muharram tahun 804 H. dan dihadiahkan untuk ayahnya Sultan Al-Asyraf, yaitu An-Naashir (karena Sultan Al-Asyraf sudah meninggal).Selain di negara-negara Arab, manuskrip buku ini juga ditemukan di Paris dan Berlin.Buku ini pertama kali diterbitkan di Kalkuta, India. Kemudian diterbitkan lagi di Percetakan Al-`Aziziyyah di kota Aleppo (Halb) tahun 1292 H. Cetakan terakhir mungkin adalah cetakan kuno terbitan Yayasan Darul `Ulum di kota Doha – Qatar tahun 1396 H / 1976 M. yang kemudian dicetak ulang lagi tahun 1400 H / 1980 M. di yayasan yang sama.
Bagaimana..?
Kagum dan bangga..?
Atau… Ada yang berminat mengkreasi hal yang sama..?



Dikutp dari
http://salafyitb.wordpress.com/category/umum

Kenapa Mesti Pakai Fa 'A La?


Kenapa wazan sharaf menggunakan kata فَعَلَ ?


Untuk yang pernah belajar sharaf, pasti tau bahwa wazan tashrif menggunakan kata fa’ala..  pada tutorial ilmu sharaf yang kami buat pun kami gunakan wazan fa’ala..tapi pernahkah kita bertanya, kenapa dipilih kata ini?? mari kita simaka jawabannya:

Apa itu wazan sharaf (tashrif)?

Standar (rumus) yang ditetapkan ulama sharaf untuk mengetahui kondisi susunan kata

Apa faidah wazan?

Menjelaskan kondisi kata serta perubahannya, kata pokok dan tambahannya, dengan ungkapan paling ringkas dan lafadz termudah

Kenapa Ulama Sharaf menjadikan kata “فَعَلَ “ yang memiliki arti “telah melakukan” sebagai rumus perubahan (tashrif)?

    * Kata yang dapat berubah dan memiliki banyak bentuk perubahan adalah fiil dan isim yang terkait dengannya

    * Unsur penyusun ( ف ع  ل ) adalah unsur yang paling sempurna dan paling umum. Setiap kejadian / perbuatan disebut dengan fi’il

    * Makhroj huruf ada tiga : tenggorokan (halq), lidah (lisan) dan dua bibir (syafatain). Kata فَعَلَ meliputi semua makhroj dimana ف   syafatain, ع tenggorokan, dan ل  lidah.

    * Karena kata فَعَلَ termasuk tsulasy (terdiri dari 3 kata) sedangkan jenis tsulats adalah lafadz arab yang paling banyak digunakan. Karena kalau diambil kata dari jenis ruba’iy dan khumasy sebagai rumus, tidak memungkinkan untuk jenis tsulatsy kecuali dengan membuang 1 atau 2 huruf sedangkan menambah lebih mudah dari mengurangi.

disarikan oleh Khairul Umam Al Batawy
dari Diktat Kuliah Ilmu Sharaf 1,
 Al Maadinah International University

Kamis, 10 November 2011

KECELEK*


Raine bingar
Lambene mesem
prasasat lintang sumunar
Enteng langkahe
Mantep atine
Lawange suwarga
Prasasat sejangkah ing ngarep mata

Bluar…..duar……
Emboh mau,endi sing kabukak menga
Lawang suwarga utawa lawang neraka
Sing jelas lobine hotel ajur
Regale greja mumur
Bathang pating gumlenthang
Kaya pindhang mateng kepanggang

Kafir utawa muslim,
Ora perduli priya utawa wanita
Sapa sing cedak
Mesthi kecandak
Bakal gumlethak
Ajur mumur kaya pudak
dipidak-pidak

Ana maneh kang lumangkah
Lakune gagah
Atine kabuncah rasa sumringah
Prasasat katiban ndaru
Mantep kaya tinampa wahyu
Kenceng tekate
Mancep imane
Paribasan suwarga arep kecawe

Gler…bler………
Embuh apa sing dirasa
Sing jelas,bangunan ajur sakkedeping netra
Ana café njleput
Ana bangunan mumut
Akeh manungsa pating jerit
Pada bluru dadi mayit

(sing sapa wonge mateni kafir mu’ahad
  dheweke tan bakal bisa mambu arume suwarga
  lan wangine suwarga wis bisa karasakake
  adohe lelaku patang puluh taun lawase**)
Apa…………………………………………………………?
Ambune wae ora?
Ampun Rabbi

Suwarga mung ono ngimpi
Sing kasil, among kapitunan ing saklumahing bumi
Sing jelas, among gawe sengsara sesami
Gawe kesruhing kahanan negari
Nikmat suwarga urusane Ilahi Rabbi
Sing genah,siksa kang nggegirisi ati
Wis ndaplang anggone ngenteni
____________________________________________________________________________
*Kecelek artine getun lan rumangsa kuciwa
**kapetik saking sabda Nabi shalallahualaihiwasallama

{Geguritan iki karakit dening Abu Qomar lan Abu Mas’ud,pengasuh ing sajroning SDI Darul Arqom Surabaya}