Qultu ___Man Ana?

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Dilahirkan di lereng gunung Lawu,Magetan 1990 silam dengan nama Jarot Amirudin bin Sunarto bin Shalihin. Mengenal dakwah tatkala remaja setelah sebelumnya berkutat dengan macam - macam sampah pemahaman. Kini Jarot memiliki nama baru : Abdurrahman. Maka panggil saya Abu Mas'ud Abdurrahman Jarot. Mencoba membuat blog untuk menyalurkan tulisan yang digubah saat mondok di Ngawi atau saat ini di sela kesibukan mengajar di SDI Darul Arqom Surabaya.

Kamis, 07 Juli 2011

Berhias Dengan Nama Islami (Bag 2)

KAIDAH DAN SYARAT MEMBERI NAMA
Merupakan keharusan seorang ayah memilihkan nama yang bagus lafadznya, baik maknanya, mudah pengucapannya serta jauh dari unsur penamaan yang diharamkan.
Berkata Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah tentang kaidah memberi nama:
  1. Hendaknya nama itu berasal dari bahasa Arab dan sesuai dengan lisan Arab
  2. Diusahakan dalam memberi nama itu yang bagus maknanya, baik secara bahasa maupun syariat.
  3. Nama ini hendaknya bersih dari unsur Tazkiyyah (membagus baguskan diri) dan tidak pula nama ini mengandung celaan.(Lihat Tasmiyyatul Mauludhal.39–40)
Berkata Al Imam Al Albani rahimahullah:
“Oleh karena itu, aku berpendapat bahwa tidak layak memakai nama Izzuddin, Muhyiddin, Nashiruddin, dan yang semisalnya. Termasuk pula nama yang jelek yang tersebut di masa kini dan biasa seorang bapak menamai anak gadisnya dengan nama Wishal, Siham, Nihad,Ghadah, Fitnah, dan nama jelek yang semisal. Nama- nama ini harus dirubah dengan nama–nama yang baik.”
Maka seyogyanya bagi kita kaum muslimin untuk memuliakan seorang anak dengan hiasan nama yang Islami tatkala mereka memiliki anak.Teladan kita, Nabi shalallahu alaihi wassalam sangat bersungguh–sungguh dalam memilih nama. Sampai hati–hatinya beliau untuk masalah nama, beliau melarang menggabungkan nama Muhammad (nama beliau shalallahu alaihi wassalam) dengan kunyah Abul Qasim. Dan beliau shalallahu alaihi wassalam pula bersabda:
“Nama yang paling dicintai di sisi Allah Ta’ala adalah Abdullah dan Abdurrahman.”(H.R Muslim)
Al Imam Al Mawaridhi menyebutkan sejumlah tata cara memberi nama sebagai berikut:
  1. Hendaknya nama itu diambil dari nama orang yang baik agamanya dari kalangan nabi dan rasul, hamba–hamba yang shalih, dan orang yang dikenal karena kebaikannya. Dengan nama itu ia meniatkan taqarrub kepada Allah Ta’ala serta dalam rangka mengikuti Allah Ta’ala yang menakdirkan pemberian nama yang bagus kepada para hambanya itu. (Maksudnya, dengan penamaan itu kita meniatkan untuk mendoakan anak kita agar bisa mencontoh akhlak mulia dari orang–orang shalih tersebut–red).
  2. Hendaknya nama itu ringkas, ringan diucap, dan gampang diingat.
  3. Hendaknya nama itu bagus artinya lagi sesuai dengan yang dinamai.

NAMA–NAMA YANG DISUKAI MEMAKAINYA
1. Abdullah dan Abdurrahman.
Kedua nama ini telah tsabit dan pasti disukai Allah Ta’ala sebagaimana hadits yang telah lalu dari riwayat Muslim. Kedua nama ini mengandung penghambaan pada Allah Azza wa Jalla. Bahkan Allah Ta’ala khususkan penyebutan keduanya dalam firmannya:

وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا [٧٢:١٩]

“Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.”(Q.S. Al-Jin 72:19)

 وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqon 63).
Dan Nabi shalallahu alaihi wassalam menamai anak pamannya dengan nama Abdullah (yakni Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma). Begitu juga saat menamai bayi Muhajirin pertama di Madinah, Abdullah bin Zubair. Dikatakan Al Hafidz Ibnu Shalahbahwa ada sekitar 220 orang shahabat radhiyallahu anhum yang bernama Abdullah.Bahkan Al Iraqi mengatakan jumlahnya 300-an.
Dinukil dari kitab Tuhfatul Waduud fii Ahkaamil MauluudIbnu Hazm rahimahullah berkata:
“Telah bersepakat ahlul ilmi tentang baiknya menamai dengan nama yang disandarkan kepada Allah semisal Abdullah, Abdurrahman, dan yang serupa dengannya (seperti Abdul Baar, Abdul Aziiz, dan semisalnya–red).”
2. Nama Para Nabi dan Rasul
Ibnu Hazm menukil dalam Maratibul Ijma tentang kesepakatan ahlul ilmi bahwa menamai anak dengan nama nabi dan rasul adalah boleh.
Hal ini berdasarkan kisah dalam hadits dari Yusuf putra Abdullah bin Sallam radhiyallahu anhu:
“Nabi shalallahu alaihi wassalam menamaiku Yusuf dan mendudukkanku di pangkuannya serta mengusap kepalaku” (H.R Bukhari dalam Al Adaabul Mufrad)
Paling utamanya dari nama para nabi adalah Muhammad. Al Imam Muslimmeriwayatkan dalam Shahihnya dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata:
“Berilah nama dengan namaku dan jangan sampai kalian berkunyah dengan kunyahku karena akulah Al Qasim (sang Pembagi), aku membagi di antara kalian dengan adil.”
Berkata Al Qadhi Iyyadl:
“Kunyah ini dilekatkan kepada beliau shalallahu alaihi wassalam karena sifat yang benar tepat melekat pada beliau.Atau bisa jadi juga karena nama anak pertama beliau.”
Dalam hal ini penulis menukilkan pendapat yang paling pertengahan dari Ibnu Qayyim Al Jauziyyah.Beliau mengatakan dalam Zaadul Maad:
“Yang benar bahwa dibolehkan memakai nama beliau, sedangkan berkunyah dengan kunyah beliau dilarang saat ini.Larangan itu berlaku keras saat beliau masih hidup.Menggabungkan nama Muhammad dengan kunyah Abul Qasim juga dilarang.”
Pembahasan tentang perselisihan dan pembahasan masalah ini bisa dilihat di kitabTuhfatul Wadud fii Ahkamil Mauluud.
3. Nama Para Shahabat Atau Orang Shalih.
Hal ini dicontohkan oleh Az Zubair Ibnul Awwam radhiyallahu anhu dengan memberi nama sembilan anak lelakinya dengan nama para shahabat Rasulullah yang menjadi syuhada’ dimedan tempur–radhiyallahuanhum.
Bahkan Rasulullah shalallahu alaihiwassalam bersabda:
“Sesungguhnya umat–umat terdahulu menamai anak–anaknya dengan nama para nabi dan orang–orang shalih sebelum mereka.” (HR. Muslim)
NAMA–NAMA YANG DILARANG
Syariat telah menetapkan dilarangnya memberi nama dengan nama–nama berikut:
1. Nama yang Mengandung Penghambaan Kepada Selain Allah Ta’ala.
Hal ini banyak kita lihat pada orang Syiah Rafidhah yangmenamai dengan Abdu Ali, Abdur Rasul, Abdul Hasan, Abdul Husain, dan sejenisnya.
Telah tsabit dalam sunnah, Nabi shalallahu alaihi wassalam mengganti nama Abdurrahman bin Auf dari nama asalnya, Abdu Amr.
Termasuk kesalahan adalah kaum muslimin menamai anak dengan penghambaan kepada nama–nama Allah padahal itu bukan Asmaul Husna. Penulis pernah menyaksikan hal ini pada sebagian besar anggota ormas shufi terbesar di negeri ini.Contohnya: Abdur Raghaib, Abdul Faaliq, Abdul Ma’bud, ataupun Abdul Maujuud.
Adapun untuk Abdul Muththalib, ada nash khusus yang berisi persetujuan Rasulullah dalam penyebutannya.
2. Menamai Anak dengan Asmaul Husna yang Terkhusus Untuk Allah.
Seperti: Ar Rahman, Ar Rahiim, Al Baari, dan sejenisnya.
Berkata Al Imam An Nawawi dalam Al Minhaj:
“…haram juga menamai anak dengan nama–nama yang khusus bagi Allah seperti Ar Rahman, Al Quddus, Al Muhaimin, dan Khaliqul Khalaq”
3. Memberi Nama Anak dengan Nama Berhala Kaum Musyrikin
Contoh: Latta, Uzza, Kresna, Wisnu,Brahma,dan nama dewa–dewa lain.
4. Nama–Nama yang Mengandung Unsur Kedustaan Karena Artinya Nama Itu Tidak Mungkin Sesuai dengan Hakikat Manusia.
Contoh: Maliikul Amlaak (kalo di Indonesiakan: Raja Diraja), Sayyidul Mu’minin (Pemimpin Orang Muslim ) dan sejenisnya.
Bersabda Rasulullah shalallahu alaihiwassalam:
“Nama yang paling jelek di sisi Allah di hari akhir adalah lelaki yang dinamai Raja Diraja.” (HR Bukhari)
5. Memberi Nama dengan Nama Setan Dan Jin.
Contoh: Ummu Sibyan, Ajda’, Khinzab, dan sebagainya.
6. Memberi Nama Anak dengan Nama yang Sering Dipakai Kaum Kuffar
Cotoh: Steven, Jessica, Yulia, Made, Nyoman, dan sejenisnya.
Hal ini masuk kedalam bentuk tasyabbuh kepada mereka,sebagaimana diterangkanSyaikh Ahmad Al Asywawi dalam kitab Ahkamu Ath Thifli.
NAMA–NAMA YANG MAKRUH
1. Menamai Anak yang Maknanya Tidak Baik
Contoh: Harb (perang), Nadiyah (jauh dari air), Dain (hutang), dan sejenisnya.
Meliputi ini adalah nama–nama penyakit yang menimpa manusia, aib, dan sebagainya.
2. Menamai Anak dengan Nama yang Menunjukkan Dosa, Tokohnya, Dan Kemaksiatan.
Contoh: Zalim, Hamman, Fir’aun, dan sejenisnya.
3. Memberi Nama yang Disandarkan Kepada Agama (ad-dien).
Contoh: Amiruddin (pemuka agama), Nashiruddin (penolong agama), dan lain sejenisnya.
Pun juga menyandarkannya kepada Al Islam.
Contoh: Sayyidul Islam, Saiful Islam, dan sebagainya.
Adasebagian ulama yang mengharamkan nama–nama ini. Akan tetapi yang kuat adalah pendapat keumuman jumhur ulama, yaitu makruh.
Berkata Al Imam An Nawawi rahimahullah:
“Aku tidak halalkan orang–orang menggelariku dengan nama Muhyiddin (penghidup Agama).” (lihat Bahjatun Nadhirin Syarh Riyadhush Shalihin.)
4. Tidak Disukai Menamakan dengan Nama Melebihi 2 lafadz Jika yang Dimaksudkan Untuk Maksud yang Tidak Benar.
Saya contohkan disini: Muhammad Ilham.
Nama yang dikehendaki bapaknya adalah Muhammad. Sedangkan Ilham di sini, bapaknya menamai demikian agar mendapat berkah atau tabarruk dengan kata ilham.
Lagipula penamaan seperti susunan 2 huruf atau lebih ini tidak ada tuntunannya oleh para nabi dan shahabat.
Adapun jika dia menamai dirinya dengan 2 lafadz kata untuk pengenalan maka ini tidak apa–apa. Sebagai contoh, bapaknya dulu menamainya Bambang dan ia sudah terkenal dengan nama itu. Lalu ia merasa nama Bambang itu kurang Islami, maka ia tambahi jadi Abdurrahman Bambang. Soalnya jika ia hanya memakai Abdurrahman, orang–orang tidak mengenalinya. Jenis yang kedua ini justru diperbolehkan.
5. Tidak Disukai Menamai Anak dengan Penamaan yang Bergabung dengan Kata Allah dan Rasul.Contohnya Nashrullah, Hizbur rasul, dan semisalnya.
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah telah membahasnya dengan bagus di risalahnya, Mu’jam Al Manahi.
6.Sebagian ulama tidak suka dengan penamaan nama malaikat dansurat Al Qur’an.
      Saya contohkan seperti Jibril, Mikail, Yaasin, Thoha, dan sebagainya.Wallahu a’lam bish shawwab.
7.Makruh menamai anak dengan nama yang mengandung tazkiyyah (menyucikan diri).
Rasulullah pernah mengganti nama anak Umar bin Khaththab yang semula Ashiyyah (wanita yang maksiat) menjadi Jamilah (wanita yang cantik). Haditsnya ada dalam Shahih Muslim dan Sunan Abi Dawud.
Berkata Abu Thayyib rahimahullah:
“Beliau tidak mengganti Ashiyyah menjadi Muthiah(gadis yang penuh ketaatan) padahal ini adalah lawan dan kebalikannya.Indikasinya,beliau memilih Jamilah karena menghidari tazkiyyah (mensucikan diri).” (dinukil secara makna dari Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud). 
MENGGANTI NAMA YANG KURANG BAIK
Aisyah radhiyallahu anha mengkisahkan:
“Adalah dulunya Rasulullah shalallahu alaihiwassalam mengubah nama-nama yang buruk menjadi nama-nama yang baik.” (HR Tirmidzi dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani)
Beliau pernah mengganti nama Hazun (sedih) menjadi Sahl (mudah), Harb (perang) menjadi Salam (keselamatan) dan masih banyak lagi.
Beliau juga mengganti nama kedua istrinya yang sama sama bernama Barrah (kebajikan) menjadi Zainab dan Juwairiyyah untuk menghindari kerancuan dan tazkiyyah.
Dan yang menjadi petunjuk beliau shalallahu alaihiwassalam adalah mengganti nama yang jelek tadi dengan nama yang bagus dan berdekatan lafadznya. Contohnya Jatstsimah menjadi Hassanah, Harb menjadi Salam, dan sebagainya.
SUNNAHNYA BERKUNYAH
Kunyah adalah nama yang dimulai dengan Abu, Ummu, Ibnu, atau Bintu.
Contoh kunyah seperti Abu Isa, Ummu Abdillah, Ibnu Umar,atau Bintu/Ibnatu Hasan.
Hukumnya sunnah, sayang sekali banyak kaum muslimin melupakannya.
Dikisahkan oleh shahabat Abu Syuraih radhiyallahu anhu bahwa dulunya ia diberi kunyah kaumnya dengan Abul Hakam.
Maka Rasulullah shalallahu alaihiwassalam mengatakan padanya:
“Sungguh Al Hakam itu adalah nama Allah. KepadaNya-lah semua hukum kembali.”
Abu Syuraih radhiyallahu anhu berkata:
“Sesungguhnya kaumku bila bertikai datang mengadu kepadaku. Lalu aku menghukumi mereka hingga mereka ridha pada hukumku.”
Rasulullah shalallahu alaihiwassalam berkata:
“Sangat menarik sekali. Lalu siapa saja nama anak–anakmu?”
Aku menjawab: “Syuraih, Muslim,dan Abdullah.”
Beliau shalallahu alaihiwassalam bertanya: “Siapa yang tertua?” Kujawab: “Syuraih
Beliau shalallahu alaihiwassalam bersabda: “Sekarang kunyahmu Abu Syuraih.”
Dalam dialog yang diriwayatkan Abu Daud dalam Sunannya ini dapat kita ambil faidah:
  • Orang tua hendaknya berkunyah dengan nama anaknya yang paling besar. Jadi di depan namanya tercantum kunyahnya seperti: Abu Husain Abdullah, Ummu Husain Salma, dan sejenisnya.
  • Jika ia tak memiliki putra, ia bisa berkunyah dengan siapa saja anaknya yang tertua.
  • Larangan berkunyah dengan nama–nama Allah, seperti Abul Hakam, Abur Rahman, dan sejenisnya
SUNNAHNYA MEMBERI KUNYAH PADA ANAK
Kunyah dapat diberikan kepada anak kecil atau orang yang belum memiliki anak.
Dalilnya adalah:
  1. Rasulullah shalallahu alaihiwassalam memanggil saudara Anas bin Malik radhiyallahu anhu dengan Abu Umair, padahal ia masih kecil sekali. (lihat:Shahih Bukhari bab Memberi Kunyah untuk Anak kecil dan Orang yang Belum Punya Anak)
  2. Umar bin Al Khaththab radhiyallahu anhu berkunyah dengan Abu Hafsh padahal ia tak punya anak yang bernama Hafsh
  3. Abdullah bin Abi Quhafah radhiyallahu anhu berkunyah dengan Abu Bakr (Ash Shiddiq) padahal anaknya tak ada satupun yang bernama Bakr
  4. Dari kalangan wanita, Ummul Mukminin Aisyah berkunyah dengan Ummu Abdillah padahal beliau tak pernah melahirkan. Dan kunyah beliau ini yang memberikan Rasulullah shalallahu alaihiwassalam.
Demikian akhir dari pembahasan kami ini. Besar harapan penulis, pembahasan ini berfaedah dan menjadi semacam penggerak untuk menjalankan sebuah sunnah yang mulai terpinggirkan: Berhias Dengan Nama Islami.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thoriq.
Ditulis oleh Al-Akh Al-Fadhil Abu Mas’ud Abdurrahman Jarot Al-Magetani

Selasa, 05 Juli 2011

Setan Itu Musuh Yang Nyata Bagimu


Selayang Pandang terhadap Tipu Daya Setan Bangsa Jin

Sesungguhnya merupakan amalan yang dituntut oleh tiap muslim bagi dirinya adalah menyadari bahwa setan adalah musuh yang mengintai setiap waktu. Allah Ta’ala menjadikan setan bangsa jin sebagai ujian yang pasti bagi hambaNya yang beriman.

Maka merupakan amalan yang mulia dengan mencurahkan kemampuan yang ada pada diri kita untuk menanggulangi berbagai bentuk gangguan yang ada, mulai tipu dayanya,was-was darinya, kesurupan,dan sejenisnya. Menyelamatkan setiap hambaNya yang beriman dari gangguan jin dan setan,terkhusus maker iblis la’natullah alaihi adalah amalan para rasul terdahulu.Dan ini pula termasuk salah satu tujuan mereka alaihimussholatu was salam diutus.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam Majmu Fatawa juz 19 /56-57:

“Yang demikian ini merupakan usaha yang afdhol dilakukan,dan merupakan amalan nabi–nabi terdahulu dan orang–orang sholihnya. Sesungguhnya para nabi dan orang–orang sholih senantiasa melawan setan dan menolaknya dari sekeliling bani Adam sesuai tuntunan Allah ta’ala dan RasulNya,”

Dan begitu banyaknya ayat Al Qur’an yang dating memperinci makar mereka–setan bangsa jin–satu persatu.Dan dating pula dari petunjuk nubuwwah rangkaian ucapan pilihan yang menerangkan bentuk maker dan cara penanggulangannya.

Maka dalam artikel ini maupun yang akan datang –insya Allah, penulis akan membawakan secara ringkas dan khusus mengenai was–was dan gangguan setan bangsa jin. Karena inilah yang umum terjadi dan jarang diketahui.

Berkata Syaikh Muhammad Al Imam dalam Muqodimah Kitab Inqodhul Muslimin:“Dikarenakan was–was dari setan bangsa jin itu benar benar ada. Gangguan iblis yang dalam bentuk samar(was–was) ini sulit bagi seseorang menyadarinya di awal waktu dan barulah mereka tahu setelah berefek lebih jauh dalam membahayakan diri mereka.”

Maka hendaknya,kita persiapkan diri kita untuk mengetahui makar musuh kita ini. Kita harus kenali bentuknya, sebabnya, karakteristiknya, penangkalnya, sekaligus mengetahui penawar dari gangguan akutnya.

Setan itu Seburuk buruknya Makhluk

Perlu kita ketahui bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan  yang mulia.

Allah Ta’ala berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ [٩٥:٤]

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin: 4)

Berfirman pula  Allah Ta’ala tentang kemuliaan bapak kita Adam alaihissalam:

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ [٧:١١]

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.” (QS. Al-A’raf: 11)

Dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia, Allah Ta’ala telah memberi bekal awal baginya untuk menangkal serangan setan, seburuk buruk makhluk.Belum lagi diutusnya para rasul merupakan nikmat yang Allah berikan untuk menolong manusia dari maker musuh–musuh Allah itu. Maka,bagaimana pendapat anda terhadap mereka yang masih terperdaya?

Mengenai hina dan buruknya setan bangsa jin,begitu banyaknya dalil yang menunjukkan jelek dan lemahnya mereka.Di antaranya :

1. Mereka adalah sumber kejahatan.

Allah berfirman dalam Al-falaq ayat 1-2:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Katakanlah"Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya,”

Berkata Syaikh Muhammad Al Imam hafidzahullah tentang ayat ini:

“Telah menafsirkan para ulama tentang ayat ini bahwa yang dimaksud adalah Iblis dan anak cucunya.Ayat ini mengandung permintaan perlindungan pada semua kejelekan,dan semua kejelekan sumbernya adalah mereka pertama kalinya.” (Inqodhul Muslimin hal 10)

2. Mereka adalah pembangkang dan jauh dari kebaikan.

Allah berfirman :

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ [٢٠:١١٦]

Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang.” (QS. Thoha: 116).

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ [٢:٣٤]

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah: 34)

3. Iblis itu bodoh tetapi sombong

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ. قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".

Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".

(QS. Al A’raf:12-13)

4. Iblis terlaknat hingga yaumul kiamat

Allah berkata kepada Iblis :

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ. وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ

Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat." (QS. Al Hijr: 34–35)

Maka dari itu, dengan keadaannya yang jelek, jahat, dan terkutuk inilah dia diberi Allah Ta’ala penangguhan waktu untuk mengerahkan anak turunnnya menyesatkan bani Adam.

Tipu Daya Setan itu Lemah

Wajib bagi kita waspada dan tidak gentar terhadap tipu daya setan bangsa jin. Serumit apapun tipu daya yang mereka buat, sungguh itu adalah sarang laba–laba yang mudah dikoyak bagi orang–orang yang dirahmati Allah. Maka ketahuilah, tipu daya setan itu lemah.Allah berfirman :

الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا [٤:٧٦]

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An Nisa: 76)

Kelemahannya jelas.Tipu daya mereka tidak akan ada hasilnya tanpa kehendak Allah.Was–was yang mereka berikan tidak membahayakan tanpa ijin Allah.Setan itu tidak berkuasa atas apapun.Jika seorang itu bertawakkal pada Allah ,meminta perlindungan pada Allah,setan tak bisa berbuat apa apa.

Rasulullah shalallahu alaihiwassalam bersabda :

“Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia berzikir kepada Allah saat masuknya dan ketika hendak menyantap makanannya, berkatalah setan, “Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam.” Bila ia masuk rumah dalam keadaan tidak berzikir kepada Allah ketika masuknya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam.” Bila ia tidak berzikir kepada Allah ketika makannya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam sekaligus makan malam.” (HR. Muslim no. 5230)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

“Maka sepatutnya bagi seorang hamba untuk tegar,sabar,dan selalu konsisten beramal dengan dzikir dan sholat.Jangan terlena.Karena dengan konsisten , akan dijauhkan dari perangkap setan.” (Majmu Fatawa juz 22/608)

Hikmah Gangguan Jin Kepada  Mukminin

Berkata Syaikh Muhammad Al Imam hafidzahullah:

“Allah ta’ala memiliki hikmah yang besar kaenapa harus ada gangguan setan terhadap kaum mukminin. Diantara hikmah itu ialah :

1. Diujinya kaum mukminin adalah untuk menunjukkan sisi kejelekan dan sisi kebaikan.

Allah Ta’ala berfirman :

مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ [٣:١٧٩]

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.” (QS. Ali Imran: 179)

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah Ta’ala :

“ Maka jelas bahwa sesungguhnya sebagian hikmah daripada penciptaan musuh Allah ini adalah mengeluarkan penyusupan jiwa yang jelek,yang tersamar keadaan dirinya dan kejelekannya. Maka dengan ujian ini,jadilah ia nampak.Yang demikian ini seperti keluarnya percikan api disebabkan dengan meniup az zinad(semacam corong untuk meniup)…….”

2.Untuk menyempurnakan tahapan tahapan penghambaan kepada Allah, yang mana para nabi dan rasul berdakwah dengannya,dan pengikutnya yang berpegang teguh terhadap petunjuk yang mereka bawa.

Allah Ta’ala berfirman :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”  (QS. Ali Imran: 142)

Allah Ta’ala berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَا رَسُولِهِ وَلَا الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ [٩:١٦]

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. At taubah: 16).

Maka tidak lengkap tahapan penghambaan ini kecuali dengan menguji mereka dengan musuh musuh Allah ini. Musuh–musuh Allah ini akan mengganggu dan memerangi mereka yang istiqomah. Maka mereka harus bersabar dan berjihad melawan musuh–musuh Allah ini serta mengutamakan pahala di sisi Allah.Maka dengan kesabaran dan kesungguhan akan sempurnalah tahapan penghambaan kepada Allah ini.

3. Kebanyakan sesuatu itu tidaklah terlihat keutamaannya kecuali dengan dinampakkan lawannya.Maka tidak nampak keutamaan kebaikan di atas kejelekan kecuali memunculkan kejelekan yang masih tersembunyi. Ini mencakup menampakkan kejelekan sepeti setan–setan jin dan setan bangsa manusia.

4. Menampakkan tanda–tanda keagungan Allah ta’ala. Di antaranya adalah pertolongan Allah kepada wali–waliNya dan penghancuran musuh–musuhnya.Maka dengan ini Nampak kekuasaannya dengan hancurnya musuh–musuh itu dan tertolongnya wali–wali Allah ta’ala.

Masih banyak hikmah lain dari penciptaan iblis dan tentaranya,yang tidak mencukupi dari pembahasan kami ini.”-sekian dari Syaikh Al Imam-ed

(Inqadul Muslimin halaman 12)

Demikian pembahasan ini semoga bermanfaat.Insya Allah penulis akan menyambung dengan seri ke 2 berjudul “Sebab–Sebab Setan Leluasa Menggoda Kaum Muslimin”.

Nas’alullaha al afiyah wa as salamah min waswasati sayaathinil jin.

Wallahu a’lam bish showwab

Ditulis oleh Akhuna Abu Mas’ud Abdurrahman Jarood, Pengajar SDI Darul Arqom Surabaya